TRADISI TANPA EVALUASI
“Untuk orang-orang yang merasa peduli”
“Untuk orang-orang yang merasa peduli”
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi yang beranjak dari keinginan untuk menjadikan "kampusku" tidak lagi sebagai sebuah Perguruan Tinggi yang termarginalkan akan tetapi menjadi sebuah perguruan tinggi yang “orang” di dalamnya (Dosen – Mahasiswa – Karyawan) ” merasa bangga menjadi bagian dari "kampusku". Tapi keinginan tersebut makin hari makin terkikis, makin pupus dan hampir tenggelam ketika melihat kondisi, ketika melihat perilaku yang berkiblat pada “tradisi” tanpa adanya evaluasi apalagi edukasi.
Kondisi tersebut dicoba untuk diterobos dengan melakukan inovasi-inovasi dalam rangka membuka mata, telinga dan hati dengan maksud perilaku “tradisi” dapat berubah menjadi perilaku yang profesional dan proporsional. Tidak heran beberapa SDM “bergizi” istilah kami di kampus kita yang tercinta ini, satu persatu mulai menjauh, dan tidak menutup kemungkinan yang lain akan mengikuti jejak yang sama. Situasi ini jelas akan merugikan kita semua, terutama "kampusku" secara institusi.
Kondisi akan semakin parah jika komponen SDM masih memiliki pola pikir “PNS lama” – maju atau mundurnya "kampusku", gaji juga sebanyak itu – jika pola pikir ini telah dan masih akan menjadi pegangan, maka otomatis "kampusku" akan tetap seperti dulu, sekarang dan akan datang, dan parahnya akan “kuadrad” jika para pimpinan masih tetap mempertahankan kondisi dan “tradisi” ini.
Sebanarnya masih banyak orang-orang yang memiliki idealisme dan kompetensi untuk membesarkan "kampusku", akan tetapi komunikasi yang kurang, koordinasi yang tidak jelas, administrasi yang “kadaluarsa” itu semua menjadikan kita terhambat, terjebak dalam “guyonan” bahkan cemoohan “lapau”.
Refleksi di atas beranjak dari pengalaman, yang membuat rintihan dan gejolak hati sehingga akhirnya melahirkan jiwa pemberontakan. Hal itu dikarenakan “kebijakan - policy” tradisi, dan kalau boleh disebutkan dengan istilah “kebijakan usang” yang justru di kampus ini seolah kebijaka baru. Ingat, Kita sudah heterogen, memiliki pengalaman yang berbeda. Apakah kita harus “berkeringat” sehingga putus urat leher kita mempertahankan “tradisi” yang sebenarnya boleh kita katakan “kuno, usang, tidak update”, dan seperti telah diuraikan di atas hanya akan menjadi bahan “guyonan” bahkan “cemoohan”.
Sebenarnya masih banyak lagi kebijakan “tradisi” yang harus kita pertanyakan lagi, tapi dasar ngantuk sudah mendera, maka sampai disini dulu, dan sebentar lagi edisi mahasiswa akan hadir. Tunggu ya….!
Oh ya , yang terakhir nih, bulan November dan Desember adalah bulan kesukaan kampus kita, karena pada kedua bulan tersebut buanyak sekali kegiatan. Dosen pelatihan, mahasiswa pelatihan, pokoknya semuanya. Akhirnya kuliah terbangkalai.
Udah sekian dulu, semoga bermanfaat. Tetap semangat. Maju Kampusku