Wednesday 12 December 2007
Lihat Foto aja dulu ya
Saturday 29 September 2007
Posisi Iptek
Oleh : Supratman Zakir, S. Kom,. M. Pd
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
(Q.S. Ali Imran : 110)
A. PENDAHULUAN
(Masih adakah dunia ini jika Matahari, Bulan dan Galaksi-galaksi tidak lagi
berada pada garis orbitnya …?)
C. PEMBAHASAN
1. Kita harus meghapus dikotomi Ilmu (Dunia & Akherat) dan dijadikan satu Formula yang sama-sama penting sebagai Pemimpin di dunia ini dan sebagai hamba-Nya
2. Kita harus mampu melihat bahwa Teknologi merupakan suatu media yang harus digunakan dalam pergerakan dan perjuangan dengan menguasai teknologi.
D. KESIMPULAN
1. Mantapkan komitmen tiada hari tanpa belajar dan dakwah
2. Kuasai Teknologi untuk media pergerakan dan Perjuangan
3. Hilangkan Dikotomi pemisahan Ilmu dalam mempelajarinya dan mantapkan bahwa kedua-duanya harus dikuasai.
4. Jadikan Rukun Iman dan Rukun Islam sebagai barometer dalam proses pencapaian Ilmu dan teknologi
5. Tingkatkan Kemampuan Intelektul dengan terus belajar. Kemampuan berinteraksi dengan loyalitas, kejujuran, kepekaan sesama serta meningkatkan kualitas dan kuantitas kemampuan berhubungan dengan Allah.
Friday 28 September 2007
Perguruan Tinggi Non Akreditasi
NON AKREDITASI
(Solusi strategis dari Pandangan Pendekatan Sistem)
Oleh : Supratman Zakir
I. PENDAHULUAN
Kebanyakan di negara berkembang, Perguruan Tinggi belum sepenuhnya dikatakan sebagai “Instrumen Pembangunan” dalam arti yang sebenarnya, tetapi masih banyak menjadi “Simbol Pembangunan” itu sendiri. Stigma kian memasyarakat dan semakin kuat karena Perguruan Tinggi masih terlalu dikontrol oleh negara maju, Pemerintah atau pihak Yayasan (Perguruan Tinggi Swasta) sehingga ia sulit menjadi jati dirinya sendiri yang dikarenakan intervensi yang berlebihan dari pihak-pihak yang merasa berhak untuk ikut campur tangan.
Dari penjelasan di atas maka dapat diidentifikasi berapa permasalahan yang mengakibatkan beberapa atau bahkan banyak perguruan tinggi di Indonesia yang belum atau tidak terakreditasi atau hanya mendapat nilai “D” dengan artian perguruan tinggi tersebut dinilai tidak boleh beroperasi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN).
II. KAJIAN TEORITIS
b. Konsep Dasar Akreditasi
BAN-PT berdiri pada tahun 1994, berlandaskan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. BAN-PT memiliki wewenang untuk melaksanakan sistem akreditasi pada pendidikan tinggi, baik untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Agama (PTA) dan Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) serta kerjasama dengan insitiusi pendidikan tinggi di dalam negeri, yang ditawarkan oleh institusi pendidikan tinggi dari luar negeri. http://www.ban-pt.or.id/.
c. Pengertian Sistem
Sedangkan menurut Mudyaharjo (1993, dalam Hamalik, 2002) sistem didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
a. Rekrutmen melalui seleksi yang ketat
b. Pengembangan dosen melalui :
1. Tugas belajar (S2 atau S3)
2. Seminar / Lokakarya
3. Penelitian
c. Melengkapi Fasilitas
1. Ruang Kuliah
2. Perpustakaan
3. Laboratorium Teknologi Informasi
4. Laboratorium Penunjang
5. Perkantoran
6. Aula
d. Melalui Open Management yang objektif terhadap pihak yayasan dan transparan
Setelah alternatif diseleksi, ini semua akan tidak berarti bila tidak diimpelemtasikan dengan tindakan nyata.
7. Evaluasi
Setelah tahap impelemtasi maka untuk mengetahui keefektifan dan keefesienan harus dilakukan evaluasi terhadap proses problem solving
Kemungkinan untuk memodifikasi alternatif yang telah dipilih bila dibutuhkan
b. Analisa Keuntungan dan Kelemahan
KEUNTUNGAN
KELEMAHAN
1. Sistem Rekruitmen :
a. Terpilihnya dosen yang kualified, profesional dan pengembangan kedepan
b. Tersaringnya input yang berkualitas
2. Pengembangan Dosen
a. Tugas Belajar
Meningkatkan kualitas dosen
Mampu berkompetitif dengan PTN dan PTS lainya
b. Seminar / Lokakarya
Peningkatan Wawasan
Pertukaran Informasi
Kredit Point
Promosi
c. Penelitian
Penemuan baru
Informasi yang up to date
Pengembangan PT
Pengembangan Needs Assessment
-
II. Melengkapi Fasilitas
a. Kelancaran proses perkuliahan
b. Kemudahan mendapatkan referensi dan literatur
c. Pengujian, keterampilan, praktek
d. Promosi
e. Pelayanan Administrasi yang prima
f. Memperlancar kegiatan akademik
III. Sistem Yayasan
(Open Management)
a. Cepat maju
b. Dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan material
c. Mudah melakukan pembinaan
d. Memfungsikan unsur akademisi
Membutuhkan Biaya / Waktu yang banyak
Proses Rumit
Tidak banyak tenaga yang tersedia sesuai dengan kualifikasi
Dana Besar
Waktu Panjang
Dana besar
Birokrasi agak rumit
-
Dana
Biaya
Lokasi
Tenaga Kerja
Dana
Waktu
Tenaga Profesional
Penyimpitan intervensi keluarga
Hilangnya unsur KKN
Tidak bisa menguasai segi akademik maupun segi finansial
Berkurangnya hak feto
Keputusan harus mengikut sertakan akademisi
c. Alternatif Pilihan dan Alasan Pemilihan
Open Management dari pihak yayasan sangat diperlukan, karena dengan Open Management akan mengurangi keragu-raguan, menepis ketidak percayaan masayarakat kepada pengelolaan administrasi pada Perguruan Tinggi tersebut, terutama hal-hal yang menyangkut manajemen dan pertanggung jawaban keuangan. Setelah itu pelaksanaan Open Management dapat memenuhi tuntutan perkembangan IPTEK dalam era Teknologi Informasi.
Beberapa model pendekatan dapat digunakan dalam pemecahan masalah seperti “System Approach” dari Aristotle, Total Quality Management dari Deming.
Perguruan tinggi yang belum terakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) supaya dapat merespons dengan serius beberapa system yang terkait dengan mutu, seperti system rekruitmen, fasilitas, kualitas tenaga pengajar/dosen serta manajen pengelolaan.
Ansyar, M, (2001), Kurikulum Menyonsong Otonomi Pendidikan di Era Globalisasi : Peluang, tantangan, dan Arah”, Forum Pendidikan, No. 2 (26), Juni 2001.
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Konsep Akreditasi,
----------, Pengantar BAN-PT, http://www.ban-pt.or.id/id_konsep-akreditasi.htm, diakses tanggal 23 Mei 2007.
Dewi Padmo, (editor), Teknologi Pembelajaran - Upaya Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003
Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, Edisi I, 2004
IGAK Wardhani, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 41-45.
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, Paramadina & PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001
Ismail Pulungan , Manajemen Mutu Terpadu, PAU-PPAI-UT, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002
Paulina Panen, Pendidkan sebagai Sistem, PAU-PPAI-UT, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001
Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, Edisi I, 2004
Jadikan Kesedihan Penghiburmu
Kampus Ku Surga Ku...???
Tulisan ini hanya sebatas keinginan dari seorang anak manusia yang memiliki cita-cita terciptanya suasana dan iklim yang "menyejukkan" di kampus ku tercinta STAIN Bukittinggi. Hasrat tersebut timbul semenjak dioperasikannya Kampus II di Gurun Aur Kubang Putih Kab. Agam Sumatera Barat. Akankan hal tersebut dapat tercapai...???
Optimistis perlu tetap dipegang teguh, walaupun kondisi terjal yang harus dilalui. Kampus yang asri, halaman yang bersih, gedung yang bersih, pakaian mahasiswa dan dosen yang rapi, tegur sapa dan salam yang selalu dibudayakan..... akankah itu dapat kita nikmati..???
Semuanya tersebut akan dapat kita nikmati, jika semua elemen disini bersatu tangan, satu langkah dalam rangka menuju kampus yang madani. Kamar mandi dan toilet yang bersih, halaman yang sejuk tanpa sampah, gedung indah dan bersih.....Ku Yakin itu akan dapat kunikmati di Kampusku yang tercinta
Usaha Guru Mengatasi Anak yang Bermasalah dalam Belajar
ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR
I. PENDAHULUAN
II. MENGAJAR
III. PERANAN GURU
Guru harus selalu membuat keputusan-keputusan bahan pelajaran dan metode mengajar. Keputusan-keputusan ini didasarkan atas banyaknya factor seperti bahan inti yang harus diajarkan, kemampuan murid dan apa yang diperlukan olehnya dan tujuan yang akan dicapai.
Murid tidak berhasil dengan sendirinya, melainkan dengan peran guru sebagai motivator. Ada beberpa pelajaran yang di sampaikan guru tidak menarik minat dan perhatian murid. Memulai memngajar dengan penuh semangatpun tidak merupakan jaminan bahwa minat dan konsentrasi murid dapat berlangsung lama.
Banyak keputusan yang dibuat guru berpengaruh terhadap motivasi murid. Cara memberikan nilai misalnya, dapat mendorong murid belajar lebih giat atau malah menjadikannya putus asa. Bahkan pelajaran yang dipilih yang sejalan dengan minat dan kemampuan murid dapat membantu mendorong mereka belajar. Maslahnya ialah bagaimanakah guru dapat mempertahankan minat dan perhatian murid selama proses belajar mengajar berlangsung.
Waktu yang di pergunakan guru untuk berinteraksi secara verbal dengan murid rata-rata antara 20 sampai 30persen setiap harinya. Selebihnya di pergunakan untuk kegiatan pengelolaan, seperti supervisi, organisasi pelajarn,menyiapkan ujian, memeriksa dan menilai pekerjaan murid, menghadiri rapat, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid dan sebagainya.
4) Guru sebagai pemimpin
Meskipun guru harus menangani kebutuhan murid orang perorang, tetapi kenyataannya jarang berbuat demikian. Mengajar nyatanya adalah memimpin sekelompok murid. Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan individual. Dalam peranannya sebagai pemimpin kelompok, guru diharapkan menjadi wasit, pelerai kecemasan, detektif, pencegah timbulnya perasaan bermusuh dan frustasi, teman dan orang kepercayaan, pengganti orang tua, sumber kasih saying dan pemberi semangat.
Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan gerak gerik murid. Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dia harus tahu apabila ada murid perlu dikonsultasikan kepada ahli kesehatan mental misalnya. Disetiap kelas tidak jarang murid mengadukan persoalan pribadinya kepada guru.
Guru diharapkan menjadi desainer yang dapat menata ruang kelas dengan baik sehingga menimbulkan suasana belajar yang kondusif.. Bukankah penataan ruangan kelas dapat membantu atau mengganggu proses belajar ? Perubahan tata ruang kelas itu mungkin saja tidak menyolok, seperti menggantungkan gambar di depan kelas atau menyuruh murid duduk dalam posisi lingkaran untuk keperluan diskusi dan sebagainya.
Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebaliknya gairah terhadap suatu mata pelajaran memudar karena mata pelajaran itu diberikan dengan metode ceramah yang gersang. Dengan demikian guru tersebut dengan sengaja berperan sebagai model. Demonstrasi dalam mata pelajaran fisika, kimia dan kesejahteraan keluarga adalah contah permodelan langsung (direct modeling). Tetapi dalam banyak hal yang lain, guru tidak begitu menyadari peranannya sebagai model. Sebagai contoh, guru selalu berperan sebagai model dalam mendemonstrasikan cara berfikir memecahkan masalah. Apabila guru dapat melibatkan muridnya berfikir melalui berbagai macam alternatif pemecahan masalah, besar kemungkinan muridnya menjadi sadar bahwa mereka mampu memecahkan masalah dalam berbagai macam situasi.
2) Kurang memadainya apresiasi guru terhadap tujuan asasi pendidikan.
3) Kurang terampil melakukan diagnosis
4) Tidak pandainya guru menggunakan metode mengajar yang baik dan cara yang mengelola kelas.
1) Sikap pribadi dan sikap social yang tidak konstruktif
2) Kurang percaya pada diri sendiri.
3) Emosi yang tidak stabil.
1) Faktor Intern
2) Faktor External
1) Menunjukkan prestasi yang rendah/di Bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3) Lambat melaksanakan tuga-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal latihan dsb.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta, dll.
5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
1) Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
2) Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
3) Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya
4) Menunjukkan cara penyelasaian masalah yang tepat untuk di renungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
5) Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisisr guru megatasi kekurangannya
6) Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.
Feinberg. R, Mortimer, dkk, Psikologi Manajemen, alih bahasa R. Turman Sirait, Mitra Utama, Jakarta, 1994
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet. ke-VIII, 1998
Prasetya, Falsafah Pendidikan, Pustaka Setia, Jakarta, 1997
Siagian. P, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1993
Sugiarto, Endar, Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa, PT. Gramedia Grafindo Persada, Jakarta, 1990
Sudjana, Nana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Fakultas Ekonomi Uiversitas Indonesia, Jakarta, 1991
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet. ke-IX, 1998
Tirtaraja, Umar, dkk, Pengantar Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998
Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995
Wilis Dahar, Ratna, Teori-teori Belajar, Depdikbud Dirjend Pendidikan Tinggi PPL Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1980
Manajemen Berbasis Sekolah
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI SISWA DENGAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Oleh : Supratman Zakir, S. Kom., M. Pd
PENDAHULUAN
- Pengatahuan (Knowledge); otoritas keputusan berkaitan dengan kurikulum, tujuan dan sasaran pendidikan.
- Teknologi (Technology); otoritas mengenai srana dan prasaran pembelajaran
- Kekuasaan (Power); kewenangan dalam membuat keputusan.
- Material (Material); kewenangan mengenai penggunaan fasilitas, pengadaan dan peralatan alat-alat sekolah.
- Manusia (People) kewenangan atas keputusan mengenai sumber daya manusia, pengembangan profesionalisme dan dukungan terhadap proses pembelajaran.
- Waktu (Time); kewenangan mengalokasikan waktu
- Keuangan (Financial); kewenangan dalam mengalokasikan dana pendidikan.
- Penerimaan (admission); kewenangan untuk menentukan siswa mana yang akan diterima diseklolah.
- Penilaian (Assessment); kewenangan untuk menentukan berapa siswa yang akan dinilai.
- Informasi (Information); kewenangan untuk menseleksi data mengenai kinerja sekolah dan mempublikasikannya.
- Pendanaan (Funding); kewenangan untuk menentukan uang masuk bagi penerimaan siswa.
- Mendapatkan guru yang berkualitas
- Mencari terobosan baru untuk menandingi sekolah unggul
- Menaikkan standar pembelajaran
- Mereorganisasi kurikulum.
Akan tetapi pemecahan masalah yang pernah ditawarkan tersebut tidak menyentuh esensi permasalahan dunia pendidikan itu sendiri. Menurut Skinner satu hal yang perlu dilakukan untuk memecahkan kebuntuan tersebut adalah bagaimana guru bertanggung jawab mengembangkan pada siswa tingkah laku verbal (kompetensi) atau kemampuan siswa yang merupakan pernyataan keterampilan dan pengetahuan mata pelajaran.
Konkritnya Skinner menjelaskan yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa atau kompetensi siswa adalah : Membangun khazanah tingkah laku verbal dan non verbal yang menunjukkan hasil belajar.
Menghasilkan dengan kemungkinan yang besar, tingkah laku yang disebut minat, antusiasme dan motivasi untuk belajar.
Sehingga dengan tugas seperti ini pembelajaran itu berfungsi memperlancar pemerolehan pola-pola tingkah laku verbal dan non verbal yang perlu dimiliki setiap siswa. Menurut B. Weiner, dengan teori atribusinya, satu sumbangan penting untuk pendidikan adalah berkenaan dengan analisa terjadinya interaksi di kelas. Hal yang penting diperhatikan dalam interaksi di kelas dalam konteks proses pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kemampuan atau kompetensi siswa ialah ciri siswa, ciri-ciri siswa yang perlu dipertimbangkan ialah perbedaan perseorangan, kesiapan untuk belajar dan motivasi :
- Perbedaan Perseorangan, Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah tingkat perkembangan siswa dan tingkat rasa harga diri siswa. Untuk mengimbangi adanya perbedaan perseorangan dalam proses pembelajaran dianatarany dapat dilakukan pengajaran dengan kelompok kecil (Cooperative Learning), tutorial, dan belajar mandiri serta belajar individual.
- Kesiapan untuk belajar Kesiapan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi hasil pembelajaran yang bermanfaat baginya. Karena belajar sifatnya kumulatif, kesiapan untuk belajar baru mengacu pada kapabilitas, dimana kesiapan untuk belajar itu meliputi keterampilan-keterampilan yang rendah kedudukannya dalam tata hirarki keterampilan intelktual.
- Motivasi, ciri khas dari teori-teori belajar ialah memperlakukan motivasi sebagai suatu konsep yang dihubungkan dengan asas-asas untuk menimbulkan terjadinya belajar pada diri siswa. Konsep ini memusatkan perhatian pada dilakukannya manipulasi lingkungan yang bisa mendorong siswa seperti membangkitkan perhatian siswa, mempelajari peranan peransang atau membuat agar bahan ajar menarik bagi siswa.
Ketiga hal diatas harus diperhatikan yang dibarengi dengan penciptaan suasan kelas yang menyenangkan sehingga tingkah laku, respon yang dikeluarkan oleh siswa menghasilkan suasan pembelajarn yang nyaman dan menyenangkan akibat dari stimulus lingkungan yang dimanipulasi tersebut. Disamping ketiga hal diatas yang perlu diperhatikan dalam kontek peningkatan kompetensi siswa, maka kurikulum juga merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan kompetensi siswa dalam pembelajaran.
Untuk mengimbangi peningkatan kemampuan siswa dalam kontek tingkah laku, maka kurikulum juga perlu menjadi perhatian sehingga siswa benar-benar memiliki kompetensi yang sangat memadai. Kurikulum saat ini, terutama kurikulum pendidikan nasional akan dikembangkan apa yang dinamakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Competency based Curriculum.
Dalam konsep ini, kurikulum harus dikuasai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit pelajaran, satu satuan waktu dan satu satuan pendidikan. Materi kurikulum harus ditekankan pada mata pelajaran yang sanggup menjawab tantangan global dan perkembangan iptek yang sangat cepat. Disamping itu kurikulum yang dikembangkan harus berlandaskan pendidikan etika dan moral yang dikembangkan dalam mata pelajaran agama dan mata pelajaran lain yang relevan.
Selain itu kurikulum harus bersifat luwes, sederhana dan bisa menampung berbagai kemungkinan perubahan dimasa yang akan datang sebagai dampak dari perkembangan terknologi dan tuntutan masyarakat. Kurikulum hanya bersifat pedoman pokok dalam kegiatan pembelajaran siswa dan dapat dikembangkan dengan potensi siswa, keadaan sumber daya pendukung dan kondisi yang ada. Semua alternative solusi diatas tidak ada artinya jika tidak dimanajemeni atau dikelola dengan professional. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah, dimana pihak sekolah memiliki otoritas yang cukup untuk mengelola konsep-konsep yang akan diterapkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa.
Masalah kurikulum, tujuan pendidikan, keputusan atau kebijakan sekolah, fasilitas yang akan digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan waktu dan biaya pendidikan, haruslah sepenuhnya dikelola oleh sekolah sehingga langkah-langkah teknis diatas dapat terwajud.
PENUTUP
Untuk meningkatkan kompetensi siswa ada beberap hal yang harus diperhatikan, diantaranya, ciri-ciri siswa antara lain, perbedaan perseorangan, kesiapan belajar dan motivasi yang dibarengi oleh pemanipulasian suasana pembelajaran menjadi lebih disukai oleh siswa sehingga dengan mempertimbangkan kondisi ini apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Akan tetapi jika mensfesifikasi pendidikan kedalam tingkah laku sama dengan membatasi guru menjadi upaya untuk merubah tingkah laku siswa.
Pada hal, pendidikan tidak hanya sebatas tutorial yang akan mengakibatkan pendidikan kurang manusiawi dan terlalu mekanistik. Akan tetapi pendidikan lebih dari itu, dimana pendidikan memerlukan tingkat kecerdasan dan kebebasan berpikir yang tinggi, kompetensi dan moral atau tingkah laku yang kompleks untuk mengarunginya. Secara kelembagaan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa perlu sebuah sistem yang mampu mengakomodir tujuan tersebut. Salah satu bentuk dari system tersebut adalah manajemen berbasis sekolah yaitu sebuah sistem manajemen yang memberi keluasan kepada pihak sekolah untuk mengelola sekolah masing-masing menurut kebutuhan, kondisi, dan tuntutan lingkungan dimana sekolah tersebut berada.
DAFTAR BACAAN
Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base Management, terjemahan Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-Jauhari, cetPT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2002
Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Depdikbud Berkerjasama Dengan Dirjend Perguruan Tinggi, PPL Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1989.
Gredler E. Bell Margaret, Belajar dan Membelajarkan, Terjemahan Munandir, CV, Rajawali, Jakarta, 1991
Sudjana, Nana, dkk, Teknologi Pengajaran, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2001
Sidi, Indra Djati, Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan), Paramadina, Jakarta, 2001
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998
Snelbecker, Glenn. E, Learning Theory, Intructional Theory, and Psycoeducational Design, McGraw-Hill Book Company, United State of America, 1974
Tirtaradja, Umar, dkk, Pengantar Perndidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
Local Website
PEMANFAATAN LOCAL WEBSITE :
SEBUAH PENDEKATAN INOVASI DALAM PEMBELAJARAN
Supratman Zakir, S. Kom., M. Pd
I. PENDAHULUAN
a. Website
Website merupakan dokumen-dokumen dalam bentuk elektronik yang saling dikaitkan dengan teknik dan cara tertentu (Tim Berners Lee dalam Raymond MCLeod, Jr)
b. Manfaat Local Website
- 1. Peningkatan produktifitas, melalui Local Website waktu untuk penyampaian materi seperti menulis di papan tulis dapat direduksi atau dikurangi sehingga mahasiswa, dosen dapat lebih banyak berdiskusi atau konsultasi
- Fleksibelitas, Local Website sangat fleksibel untuk pengulangan ke materi yang belum sepenuh dikuasai atau bahkan dapat dilanjutkan ke materi selanjutnya jika sebuah materi sudah dikuasai serta
- Interaktif, local website dapat dirancang interaktif dengan memasukkan media audio, video, grafis, warna sehingga proses pembelajaran lebih menarik
- Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time seperti chatting, dan Net Meeting
- Dapat direvisi dan dikembangkan dengan lebih mudah dan cepat karena tidak tercetak dalam media seperti kertas.
- Materi pembelajaran atau model akan lebih konsisten, sistematis dan terorganisir sehingga mempermudah siswa mengikuti modul-modul pebelajaran.
III. PEMBAHASAN
a. Desain Local Website
Pada tahap awal Local Website dapat saja dirancang oleh Change Agent sebagai orang yang mendifusikan inovasi tersebut dan berkerja sama dengan beberapa pihak terkait diantaranya adalah Dosen mata kuliah.
Local Website dirancang dengan menggunakan kombinasi dari beberapa software atau program, seperti : Macromedia Dreamwaever MX, Macromedia Flash MX, Macromedia Firework MX, Adobe Photoshop, Corel Draw, dan Corel Photopaint.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perenacangan adalah, bagaimana wajah atau interface dan layout dari website betul-betul familiar dengan user yang akan menggunakannya, sehingga sangat simple dan praktis dalam pemakaiannya. Walaupun akan dipakai oleh user yang belum pernah menggunakan computer sekalipun.
b. Peralatan yang dibutuhkan
Dalam penggunaan Local Website dibutuhkan ruangan laboratorium computer yang dapat menampung beberapa mahasiswa. Tidak harus setiap mahasiswa menggunakan satu unit computer, bisa saja satu unit computer digunakan oleh 3 orang mahasiswa akan tetapi idealnya satu unit computer untuk 2 orang mahasiswa.
Spesifikasi computer dalam hal ini tidak begitu dituntut yang "high tech". Komputer dengan tipe Pentium I 233 Mhz, Memory 32 Megabyte, Hard disk 1,2 GB sudah cukup untuk penerapan inovasi ini dan akan lebih baik jika spesifikasi computer melebihi spesifikasi di atas.
Dengan pemanfaatan Local Website dalam proses pembelajaran, setidaknya fasilitas yang ada dapat dimanfaatkan dengan optimal disamping akan meningkatkan kinerja baik dari mahaiswa dalam belajar maupun dosen dalam mengajar.
Untuk meyakinkan pihak-pihak di ITP seperti Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Kepala Laboratorium dan para dosen, penulis menggunakan beberapa cara diantaranya :
- Menghubungi teman penulis yang kebutulan menjadi dosen di ITP dan juga mengajar dalam mata kuliah bidang computer untuk berkonsultasi dan meminta bantuan untuk mendifusikan hal ini dengan cara mengkomunikasikan dengan dosen-dosen lain.
- Mendekati dosen-dosen yang sebidang dengan penulis yaitu yang berlatar belakang computer.
- Membuat brosur yang berisi Keuntungan, manfaat dan keunggulan dari Local Website.
- Membuat Brosur yang berisi khusus layout Local Website
- Meminta waktu pada pihak ITP untuk bertemu langsung dengan Rektor, Dekan, Ketua Jurusan dan Kepala Laboratorium Komputer dalam mengkomunikasikan inovasi ini.
Setelah mendapat persetujuan untuk diuji coba, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :
- Mengadakan seminar tentang pemanfatan Local Website berkerja sama dengan BEM ITP, dan meminta bantuan beberapa supplier Komputer untuk menjadi sponsor dan donatur.
- Membuat Spanduk besar tentang rencana seminar tersebut dan didukung oleh sponsor.
- Menyebarkan brosur ekslusif sekitar tentang Local Website disaat seminar berlangsung. Pencetakan brosur ekslusif dengan dana dari donatur yang sekaligus sebagai sponsor dengan konsekuensi-konsekuensi yang disepakati seperti pencantuman nama dan logo perusahaan donatur.
Setelah kegiatan seminar, penulis sebagai inovator meminta feedback dari pihak ITP sekaligus mohon waktu untuk dilaksanakannya ujicoba perdana atas inovasi ini. Dalam hal ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
- Berkonsultasi dengan dosen yang mata kuliah-nya diujicobakan.
- Mempersipakan atau memeriksa ulang website yang telah dirancang, untuk menghindari hal-hal teknis yang tidak diinginkan, seperi link yang putus dan lain sebagainya.
- Disaat uji coba dapat dilakukan oleh penulis sebagai inovator atau juga oleh dosen yang bersangkutan. Jika oleh dosen yang bersangkutan maka perlunya pemahaman yang mendalam sampai kemasalah-masalah teknis disamping masalah pemahaman materi. Untuk ini maka dilakukan konsultasi dengan dosen tersebut sebelum dilakukan uji coba.
Setelah dilakukan ujicoba maka penulis tetap berusaha mendekati pihak-pihak yang kiranya dapat memperkuat inovasi yang penulis bawa. Adapun pihak-pihak tersebut adalah dosen-dosen berlatar belakang yang hamper sama dengan penulis, seperti bidang computer, bidang komunikasi dan teknik informasi dan terutama teman penulis yang terlibat langsung dalam prose pembelajaran di ITP.
III. KESIMPULAN
Penggunaan teknologi computer dalam proses pembelajaran sangat mendukung meningkatnya kinerja mahasiswa dalam belajar dan dosen dalam mengajar sehingga diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas seperti yang diharapkan.
Penggunaan Local Website dalam proser pembelajaran diantaranya merupakan solusi alternative saat ini dalam pemanfaatan fasilitas laboratorium computer yang selama ini hanya digunakan untuk praktek belaka.
Referensi :
Alan Chute, Melody Thompson and Burton Hancock, The McGrow-Hill Handbook of Distance Learning, 1999
http://www.ut.ac.id
http://www.utm.ac.my
Padmo, Dewi (editor), Teknologi Pembelajaran - Upaya Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003
Smith, Belinda, Using The Internet to Conduct Training, Performance in Practise, ASTD, 1996
White Ken W., et al, The Online Teaching Giude, Allyn and Bacon, Boston, 2000
Wardhani, IGAK, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 41-45.
Wednesday 26 September 2007
Web Base Learning
SEBUAH PENCERAHAN PROSES PEMBELAJARAN
DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM
Supratman Zakir
Pembelajaran, dalam prakteknya tidak bisa dihindari dari penggunaan teknologi terutama Teknologi Informasi (TI). TI telah mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan. Pembelajaran semakin efektif, interaktif, luas, dan tidak terpola hanya dalam ruang kelas. Kondisi ini membuat TI menjadikan kualitas pendidikan dapat dibanggakan. Penggunaan TI dalam dunia pendidikan semakin disadari manfaatnya dan saat ini teknologi informasi yang “trend” dalam pembelajaran adalah web base learning, hal ini disebabkan teknologi tersebut telah terbukti mampu memberikan kontribusi bagi pebelajar (siswa/mahasiswa dan guru/dosen) dalam aktivitas pembelajaran mereka.
Keyword : e-learning, web base learning, Teknologi Informasi, Pembelajaran
B. PENDAHULUAN
Jika diamati dengan seksama, apa yang sebenarnya yang menjadi inti permasalahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Beberapa hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, seperti tantangan untuk menyediakan suatu sistem pendidikan yang dapat manampung besarnya peserta didik dan mampu menawarkan kualitas pendidikan yang baik, regulasi yang tidak menyentuh akar permasalahan, perubahan yang tidak substansial dan sebagainya. Namun demikian, yang jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan siswa. Inefektivitas[1] adalah kata yang sangat cocok untuk menggambarkan pola sistem pendidikan di Indonesia sekarang, sebab seiring dengan pertukaran zaman, transformasi informasi semakin cepat dan instan. Hal tersebut dipicu oleh perkembangan Teknologi Informasi.
Beberapa perubahan dalam pendekatan pembelajaran terjadi akibat dari perubahan era industri ke era informasi. Diantaranya ialah perubahan focus dari pada pembelajran yang berpusat guru (Teacher Oriented) kepeda pembelajaran yang berpusatkan pebelajar (Student Oriented). Dalam hal ini pebelajar menjadi focus aktifitas pembelajaran yang berorientasikan kepada proses penemuan. Proses belajar tradisional, dalam ruangan kelas, pada saat ini hampir kehilangan makna bagi lembaga pendidikan karena banyak hanya digunakan untuk aktivitas pembelajaran formal sedangkan hakekat pembelajaran dan aktivitas pebelajar terutama di Perguruan Tinggi lebih banyak dilakukan di luar aktivitas formal (ruang kelas).
Perkembangan Teknologi Pembelajaran semakin cepat didorong oleh perkembangan dan perubahan di bidang IPTEK, khususnya teknologi komunikasi dan informasi atau sering dikenal dengan ICT (Information Communication and Technology). System pemebelajaran “tradisional” dalam ruangan kelas - tatap muka – bergeser ke komputer, sebagai pembelajaran self instruction dengan perbantuan komputer yang kemudian berkembangan lebih jauh dengan perbantuan telekomunikasi, menjadikan pembelajaran dapat terjadi “kepada siapa, dan dimana saja”, yang kemudian dikenal dengan pembelajaran berbasis teknologi elektronik, atau e-learning.
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi serta desakan kompetisi global, menjadikan e-learning saat ini dirasakan tidak sebagai media alternative untuk melaksanakan proses belajar mengajar saja, tapi telah diposisikan sebagai alat dalam mencapai pembentukan kompetensi kompetitif yang global. Perwujudan interaktifitas komponen belajar secara sinkron dan berbagai visualisasi semakin memudahkan pemahaman materi yang disampaikan telah dapat diwujudkan saat ini. Dengan semakin tumbuhnya kebutuhan akan e-learning telah menciptakan beberapa aplikasi e-learning seperti Web Base Learning. Disamping itu, kerja sama antar lembaga memiliki peluang yang semakin besar untuk dapat membagi berbagai kelebihan yang dimiliki dengan lingkungan luarnya.
D. Konsep E-Learning dan Web Base Learning
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan beberapa karakteristik e-learning, diantaranya adalah :
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik
b. Memanfaatkan keunggulan computer
c. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (Self learning material) yang disimpan dalam server sehingga dapat diakses oleh semua elemen yang terlibat dalam pembelajaran
d. Dapat memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat di computer
Dalam prakteknya e-learning sangatlah fleksibel, sehingga karakteristik di atas bisa saja berubah sesuai dengan kondisi, content, dan sistem secara keseluruhan yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Defenisi Web Base Learning
Pada prinsipnya Web base learning juga merupakan e-learning, hanya saja lebih dispesifikasikan pada pembelajaran dengan menggunakan internet terutama fasilitas internet yang berupa website, web mail, mailing list dan bulletin board yang kesemuan fasilitas tersebut masih berbasis website. Website sendiri adalah sejumlah halaman (pages), dapat berupa isi (content) yang sesuai dengan jenis website tersebut. Isi website dapat disampaikan dengan berbagai bentuk seperti text, audio, video, bahkan teknologi streaming.
Dengan digunakannya web base learning dalam pembelajaran, beberapa aktivitas yang dapat dilakukan antara lain adalah :
a. Mencari informasi (buku-buku, bibligrafi, ensiklopedi, program, dan lain-lain)
b. Distribusi materi edukasi (teks, program)
c. Menyediakan kurikulum dan panduan belajar, serta latihan dalam format yang diinginkan, seperti hypertext, audio, video)
d. Membentuk aktivitas-aktivitas kaloborasi (Diskusi kelompok melalui e-mail dan mailing list)
e. Tanya jawab
f. Tutorial, simulasi
4. Teknologi Pendukung
Dalam prakteknya web base learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam pekembangannya computer merupakan teknologi yang mendominasi bahkan satu-satunya teknologi yang digunakan dalam web base learning.
Menurut Asep Herman Suyanto (2007)[5] pada prinsipnya teknologi e-learning dapat dibagi atas dua yaitu; Technology based learning dan Technology base web learning. Technology based learning menggunakan teknologi Audio Information Technology seperti radio, audio tape dan telpn sedangkan Technology base web learning inilah yang menggunakan teknologi computer khususnya internet dengan segala fasilitasnya serta lebih di kenal dengan web base learning.
5. Manfaat Web Base Learning
Secara umum penerapan web base learning dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Peningkatan produktifitas, melalui web base learning waktu untuk perjalanan dapat direduksi sehingga mahasiswa, dosen/pakar tidak akan hilang karena kegiatan perjalanan yang harus dilakukan untuk memberikan pembelajaran.
b. Fleksibelitas dan interaktif, dapat dilakukan dari lokasi mana saja selama ia memiliki koneksi sumber pengetahuan tersebut dan interaktivitas dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung
c. Kelas tidak mengutamakan bentuk fisik lagi, semuanya dapat digunakan dalam aplikasi internet.
d. Program web base learning dapat dilaksanakan dan di update secara cepat.
e. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time seperti chatting, Net Meeting maupun non real time seperti e-mail, mailing list.
f. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi, penyamaan materi (matrikulasi), diskusi dan evaluasi.
g. Dosen/pakar dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi kasus, trend industri, dan proyeksi teknologi kedepan melalui berbabagi sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajarnya.
Disamping manfaat secara umum, pemanfaatan web base learning dapat memberdayakan pebelajar dan mendorong bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, seperti yang dikemukakan oleh Kent W. White (2000):[6]
a. Mahasiswa on-line dapat belajar secara interaktif dan saling keterkaitan antar sesama mereka.
b. Mahasiswa yang sibuk atau bekerja yang mungkin tidak dapat mengikuti pelajaran secara teratur dapat tepat waktu melalui proses pembelajaran tatap muka, maka dapat melalui media web base learning.
c. Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan dan bantuan dari para dosen/pakar, tutor, nara sumber, teman sejawat yang berjauhan.
d. Materi pembelajaran atau model akan lebih konsisten, sistematis dan terorganisir sehingga mempermudah mahasiwa mengikuti modul-modul pelajaran.
e. Penelusuran dan evaluasi serta administrasi kemajuan mahasiwa lebih teratur dan mudah diperoleh.
6. Kelemahan Web Base Learning
Adapun kelemahan penggunaan web base learning adalah sebagai berikut :
a. Buruknya atau kurang terencananya perancangan aplikasi Web/Homepage learning sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan. Seperti, tidak user friendly
b. Para pengguna (user) atau mahasiwsa tidak mengetahui dan mengenal secara baik system yang digunakan akibat kurangnya sosialisasi.
c. Lemahnya pengetahuan user (pebelajar/mahasiswa/dosen/pakar) tentang teknologi internet.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut yang kemungkinan timbul dalam penerapan teknologi web base learning, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman yang utuh tentang peranan teknologi internet pada pengguna (pebelajar/mahasiswa/dosen/pakar).
b. Sosialisasi yang memadai tehadap penerapan teknologi web base learning kepada pengguna.
E. Peluang Pemanfaatan Web Base Learning
Beberapa faktor yang menjadi peluang dalam pemanfaatan teknologi web base learning dalam pendidikan antara lain;
1. Perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi, sehingga informasi menjadi begitu “mobile” mudah didapat dan mudah diberikan.
2. Telah meluasnya jangkauan jaringan telekomunikasi terutama untuk akses internet.
3. Harga peralatan (devices) teknologi pendukung yang semakin murah, walaupun saat ini di Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negera-negara lain.
4. Regulasi yang mulai jelas tentang penggunaan teknologi informasi. Seperti Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2005 tentang penggunaan Pita Frekuensi 2400Mhz -2483,5 Mhz yang yang intinya adalah untuk menjalankan peralatan internet pada frekuensi 2,4Ghz tidak perlu pengurusan izin dari Pemerintah lagi. Dimana regulasi ini memberi peluang untuk 3 (tiga) segmen yaitu pendidikan, UKM dan rumah sakit untuk menggunakan internet secara gratis dengan dukungan peralatan teknologi informasi atau yang dikenal dengan istilah teknologi air haoul.
5. Semakin mudahnya sambungan internet, baik dengan menggunakan jasa Intenet Serve Provider (ISP) maupun layanan dari Telkom seperti telkomnet instan. Sehingga membuat semua PTAI telah memiliki akses internet dan website akademik.
Beberapa factor di atas, didukung dengan semakin “meleknya” mahasiswa dan dosen dengan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi (internet).
F. Hambatan Pemanfaatan Web Base Learning
Beberapa kendala yang mesti menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan teknologi web base learning adalah :
1. Faktor waktu pengembangan
Rancangan dan pengembangan web base learning memerlukan waktu yang relatif lama. Hal ini terkait dengan rancangan website pembelajaran, rancangan modul atau bahan ajar, bahan latihan dan bahan ujian dari dosen matakuliah.
2. Faktor Biaya
Biaya implementasi terkait dengan biaya akses internet secara bulanan, biaya produksi awal yang relative besar seperti pengadaan peralatan (Komputer, jaringan telp/ADSL, peralatan jaringan lokal, dll). Faktor biaya akan menjadi ringan jika sarana dan prasaran pendukung telah tersedia, sehingga focus factor biaya hanya terletak pada biaya akses internet dan biaya perancangan website.
3. Faktor Manusia
Kualitas SDM merupakan masalah klasik yang selalu “menghantui” di PTAI, terutama dibidang Teknologi Informasi. Bahkan sampai saat ini ada anggapan dari beberapa dosen di PTAI bahwa internet adalah “pusat dosa dan nista”. Sebuah ungkapan yang sangat naïf sekali untuk menutupi kekurangan diri. Masih kurangnya minat dan perhatian unsur akademik seperti dosen, pimpinan dan mahasiswa pada PTAI menambah panjang factor tantangan dalam penerapan web base learning di PTAI.
Beberapa solusi alternatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah penerapan web base learning ini, diantaranya :
1. Untuk tahap awal hanya dirancang khusus web base learning yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya hanya beberapa matakuliah yang dianggap telah siap untuk dimuat dalam website leraning. Kemudian baru dikembangkan, sehingga faktor waktu dapat diatasi.
2. Alokasi dana khusus merupakan langkah yang paling tepat untuk mengatasi masalah pendanaan. Kondisi ini atau masalah kekurangan biaya tidak menjadikan pengimplementasian web base learning tertunda, karena kebanyakan PTAI saat ini telah memiliki website akademik mandiri dan begitu juga dengan jaringan akses internet, sehingga dengan kondisi yang setidaknya PTAI sudah mampu membuat sebuah prototype pembelajaran berbasis web.
3. Pengaruh mobilitas informasi menjadikan tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan dosen untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi. Kondisi ini menjadikan mahasiswa dan dosen untuk berusaha memicu diri untuk memanfaatkan fasilitas teknologi dalam mengimbangi mobilitas informasi tersebut. Disamping hal tersebut, pelatihan, sosialisai yang intensif dan terjadwal merupakan langkah yang tepat untuk mengtasi permasalah kualitas sumber daya manusia.
F. Tahapan Pengembangan Web Base Learning
Dalam pengembangan web base learning terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan, seperti, interaktifitas (tutorial), pewarnaan, content, layout, dan lain-lain. Tutorial merupakan bagian dari proses pembelajaran. Tutorial merupakan satu bentuk interaksi antara pengajar (dosen/pakar) dengan mahasiswa. Interaksi dan komunikasi merupakan inti dari sebuah tutorial (Wardani, 2000)[7]. Interaksi yang dilakukan, untuk mengkomunikasikan materi pengajaran dan masalah-masalah belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Melalui tutorial diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengamati, berpikir, bersikap dan berbuat dalam menghadapi suatu konsep ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil proses pembelajaran.
Dalam konsep web base learning tutorial yang dikembangkan adalah tutorial melalui internet dengan merancang web berisi pembelajaran bagi peserta pembelajaran (mahasiswa/dosen/pakar).
Untuk pengembangan web base learning ini, langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah :
1. Persiapan dan Pengembangan infrastruktur dan sistem. Pengembangan infrastruktur dan system dilakukan secara bertahap. Seperti menyediakan terminal (komputer) yang terhubung ke internet minimal pada setiap jurusan yang akan dimanfaatkan oleh dosen/pakar. Dan akan lebih baik jika disediakan pada setiap ruang yang terkait, seperti di Perpustakaan, Administrasi, semua ruang ketua jurusan/kosentrasi, dan ruang dosen.
2. Perncancangan Web base learning dan Pemilihan Program Aplikasi. Untuk tahap awal, dapat memanfaatkan aplikasi e-mail, mailinglist sebagai media interaksi. Setelah website yang berisi materi pembelajaran dirancang, kemudian dapat di-upload pada server yang telah ada.
3. Pengembangan kemampuan tenaga dosen atau staf akademik. Pada tahap ini diadakan sosialisai pengenalan konsep serta system web base learning terlebih dahulu, dan diadakan pelatihan yang bersifat teknis secara intensif
4. Pemilihan Mata Kuliah. Pada tahap ini perlu pertimbangan yang matang, mata kuliah apa saja yang dapat dianggap memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam konsep web base learning. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan mata kuliah, diantaranya :
a. Mata kuliah yang diangap sulit oleh mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan tingkat kelulusan mahasiswa.
b. Mata kuliah yang menuntut keterampilan baru, berupa keterampilan mahasiswa untuk mengungkapkan pemikiran kedalam bentuk tertulis atau uraian.
5. Sosialisai Program Web Base Learning. Sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi dengan cara yang memungkin kepada seluruh mahasiswa. Pada tahap ini juga diberikan informasi tentang dimana saja mahasiswa dapat mengakses program web base learning, seperti pada Puskomnet, warnet, cooperate, dll.
Beberapa hal teknis yang perlu juga diperhatikan adalah :
1. Kemampuan mahasiswa dan dosen dalam memanfaatkan fasilitas web base learning ini.
2. Semua mahasiswa dan dosen akan memiliki e-mail. Dalam pembuatan e-mail disarankan dibuat secara kolektif (akan lebih baik jika dibuat oleh bagian administrasi) dan dibagikan kepada semua mahasiswa sehingga mahasiswa mengetahui e-mail mahasiswa lainnya dan juga e-mail para dosen/pakar.
Pada tahap awal penerapan web base learning, berbagai kendala akan muncul. Adapun kendala yang mungkin akan timbul adalah :
1. Ketidaksiapan staf administrasi untuk mendata mahasiswa.
2. Ketidaksiapan dosen merespon aktifitas mahasiswa.
3. Ketidaksiapan dosen meng-update materi perkuliahan
Namun, dengan demikian kendala-kendala tersebut kedepan dapat diperbaiki dan dikembangan guna kelancaran penerapan web base learning. Dan tidak menjadikan kendala sebagai alasan untuk menghindari penggunaan teknologi ini.
G. Kesimpulan dan Saran
Web base learning merupakan pembelajaran yang memerlukan alat bantu teknologi terutama teknologi informasi seperti komputer dan akses internet. Dalam prakteknya web base learning memanfaatkan fasilitas internet sebagai media penyampai informasi (materi) pembelajaran seperti website, e-mail, mailing list, dan news group. Penggunaan teknologi web base learning secara terencana telah terbukti memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan, terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh teknologi web base learning. Pemerintah dengan departemen terkait seprti Diknas dan Depag serta Telkom telah mengeluarkan regulasi yang luas dalam pemenfaatan internet bagi dunia pendidikan, peluang ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi usaha peningkatan kualitas pendidkan di Tanah Air. Dalam pengimplementasian web base learning terdapat beberapa factor yang perlu dipertimbangan seperti; Sarana dan infrastrukur pendukung, pengguna (mahasiswa dan dosen), kesiapan materi online dan biaya.
Dalam merealisasikan rencana pemanfaatan web base learning, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Awarness (kesadaran) dari unsur Perguruan Tinggi, terutama PTAI bahwa kita sangat tertinggal di semua lini dari perguruan-perguruan tinggi lain terutama di bidang teknologi informasi
2. Komitmen atau political will dari unsur Perguruan Tinggi, baik pimpinan, staf dosen maupun staf akademik untuk memanfaatkan peluang yang diberikan pemerintah dalam penggunaan teknologi informasi bagi dunia pendidikan.
3. Perlunya sarana dan prasarana yang memadai bagi mahasiswa dan dosen dalam rangka “melek” teknologi. Seperti akses internet yang cepat, memfasilitasi kepemilikan device (perangkat) teknologi informasi seperti komputer dan laptop.
4. Perlunya sosialisasi dan pelatihan yang intensif bagi mahasiswa dan dosen tentang pentingnya teknologi internet dalam aktivitas pembelajaran mereka.
5. Perlunya alokasi dana yang khusus untuk pemanfaatan teknologi informasi
6. Perlunya staf khusus yang menangani system.
Faktor-faktor di atas tentunya dapat digeneralisasikan untuk semua PTAI disamping faktor-faktor internal dan kondisional PTAI bersangkutan.
ENDNOTE
[*] Suprataman Zakir adalah Staf Puskomnet dan Calon Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Bukittinggi
[1] Geger Riyanto, Teknologi Informasi, Inovasi Bagi Dunia Pendidikan, Artikel Populer Ilmu Komputer, http://www.ilmukomputer.com/., dikses tanggal 7 Mei 2007
[2] Telkom, Membangun masyarakat Cerdas Bersama Telkom, www.telkom.net/ig2s.php, diakses tanggal 3 Mei 2007
[3] Rosenberg dalam IGAK Wardani, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, hal, 41-45, 2003
[4] Alan Chute, Melody Thompson and Burton Hancock, The Mc Grow-Hill Handbook of Distance Learning, 2001
[5] Asep Herman Suyanto, Pengenalan e-learning, http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id/artikel/learning/pengenalan%20E-learning.pdf, diakses tanggal 3 Mei 2007
[6] White Ken W., et al, The Online Teaching Giude, Allyn and Bacon, Boston, 2000
[7] Wardhani, IGAK, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 41-45.