Wednesday 26 September 2007

Web Base Learning



WEB BASE LEARNING:
SEBUAH PENCERAHAN PROSES PEMBELAJARAN
DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM
Supratman Zakir


A. ABSTRAK



Pembelajaran, dalam prakteknya tidak bisa dihindari dari penggunaan teknologi terutama Teknologi Informasi (TI). TI telah mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan. Pembelajaran semakin efektif, interaktif, luas, dan tidak terpola hanya dalam ruang kelas. Kondisi ini membuat TI menjadikan kualitas pendidikan dapat dibanggakan. Penggunaan TI dalam dunia pendidikan semakin disadari manfaatnya dan saat ini teknologi informasi yang “trend” dalam pembelajaran adalah web base learning, hal ini disebabkan teknologi tersebut telah terbukti mampu memberikan kontribusi bagi pebelajar (siswa/mahasiswa dan guru/dosen) dalam aktivitas pembelajaran mereka.


Keyword : e-learning, web base learning, Teknologi Informasi, Pembelajaran

B. PENDAHULUAN
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam suatu bangsa merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam era kompetisi global saat ini. Kompetensi yang dimiliki SDM akan sangat menentukan arah perkembangan bangsa itu sendiri dan pada akhirnya akan mencerminkan kompetensi bangsa tersebut di mata dunia. Kompetensi anak bangsa sudah sangat jelas ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa tersebut, begitu juga dengan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia, sepanjang perjalananya selalu diwarnai oleh upaya-upaya pendidikan mutu atu kualitas pendidikan, namum pengalaman emperis membuktikan ketidakjelasan arah kebijakan pendidikan di Indonesia justru membawa terjadinya involusi pendidikan. Upaya yang dilakukan pemerintah sering sekali bersifat pragmatis atau “jalan pintas”, seperti perubuhan kurikulum yang selalu terjadi atau yang masih segar di ingatan kita adalah penetapan angka batas minimal kelulusan dari 4,25 pada tahun sebelumnya menjadi 5,00 untuk tahun ini. Kebijakan yang sering kali tidak bijak ini adalah refleksi sikap pragmatis pemerintah yang tidak mau direpotkann oleh faktor-faktor non-struktural dan “menganakemaskan” hasil dari pada proses. Apa yang akan terjadi melalui kebijakan output oriented ini ?. Pebelajar justru akan mencari rumus-rumus “jalan pintas” untuk menjawab soal dengan paradigma “yang penting benar”, bukannya menjawab soal dengan uraian yang sistematis dan rasional. Kondisi ini “menginfeksi” dunia Pendidikan Tinggi, karena Perguruan Tinggi merupakan tempat “penampungan” dari output pendidikan sebelumnya, sehingga paradigma “yang penting benar” telah mewarnai dan menjiwai pola pikir calon mahasiswa dan mahasiswa dalam aktivitas kesahariannya. Hal ini menjadikan hakekat filosofis pendidikan sebagai “pencerah” terlupakan dan semakin kabur.

Jika diamati dengan seksama, apa yang sebenarnya yang menjadi inti permasalahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Beberapa hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, seperti tantangan untuk menyediakan suatu sistem pendidikan yang dapat manampung besarnya peserta didik dan mampu menawarkan kualitas pendidikan yang baik, regulasi yang tidak menyentuh akar permasalahan, perubahan yang tidak substansial dan sebagainya. Namun demikian, yang jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan siswa. Inefektivitas[1] adalah kata yang sangat cocok untuk menggambarkan pola sistem pendidikan di Indonesia sekarang, sebab seiring dengan pertukaran zaman, transformasi informasi semakin cepat dan instan. Hal tersebut dipicu oleh perkembangan Teknologi Informasi.

Beberapa perubahan dalam pendekatan pembelajaran terjadi akibat dari perubahan era industri ke era informasi. Diantaranya ialah perubahan focus dari pada pembelajran yang berpusat guru (Teacher Oriented) kepeda pembelajaran yang berpusatkan pebelajar (Student Oriented). Dalam hal ini pebelajar menjadi focus aktifitas pembelajaran yang berorientasikan kepada proses penemuan. Proses belajar tradisional, dalam ruangan kelas, pada saat ini hampir kehilangan makna bagi lembaga pendidikan karena banyak hanya digunakan untuk aktivitas pembelajaran formal sedangkan hakekat pembelajaran dan aktivitas pebelajar terutama di Perguruan Tinggi lebih banyak dilakukan di luar aktivitas formal (ruang kelas).

Perkembangan Teknologi Pembelajaran semakin cepat didorong oleh perkembangan dan perubahan di bidang IPTEK, khususnya teknologi komunikasi dan informasi atau sering dikenal dengan ICT (Information Communication and Technology). System pemebelajaran “tradisional” dalam ruangan kelas - tatap muka – bergeser ke komputer, sebagai pembelajaran self instruction dengan perbantuan komputer yang kemudian berkembangan lebih jauh dengan perbantuan telekomunikasi, menjadikan pembelajaran dapat terjadi “kepada siapa, dan dimana saja”, yang kemudian dikenal dengan pembelajaran berbasis teknologi elektronik, atau e-learning.

Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi serta desakan kompetisi global, menjadikan e-learning saat ini dirasakan tidak sebagai media alternative untuk melaksanakan proses belajar mengajar saja, tapi telah diposisikan sebagai alat dalam mencapai pembentukan kompetensi kompetitif yang global. Perwujudan interaktifitas komponen belajar secara sinkron dan berbagai visualisasi semakin memudahkan pemahaman materi yang disampaikan telah dapat diwujudkan saat ini. Dengan semakin tumbuhnya kebutuhan akan e-learning telah menciptakan beberapa aplikasi e-learning seperti Web Base Learning. Disamping itu, kerja sama antar lembaga memiliki peluang yang semakin besar untuk dapat membagi berbagai kelebihan yang dimiliki dengan lingkungan luarnya.

C. Implikasi Teknologi Informasi bagi Dunia Pendidikan
Proses pembelajaran atau bisa disebut dengan proses mengkomunikasikan informasi kepada pebelajar dan mahasiswa pada Perguruan Tinggi tentulah tidak sebanding dengan perkembangan Teknologi Informasi dan mobilitas informasi itu sendiri jika dilakukan dalam ruang kelas atau pembelajaran dilakukan secara konvensional. Pembelajaran konvensional seharusnya tidak lagi menjadi aktivitas utama dalam pembelajaran atau setidaknya lembaga pendidikan terutama Perguruan Tinggi lebih-lebih Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) telah merumuskan suatu konsep “pembelajaran multi aktivitas” jika kita tidak ingin meninggalkan pembelajaran di ruang kelas. Karena sampai saat ini di seluruh Indonesia belum ada PTAI yang mampu bersaing dengan Perguruan Tinggi lainnya, sehingga stigma bahwa PTAI hanya sebuah lembaga pendidkan alternative dan selalu termarginalkan akan semakin kokoh jika PTAI tidak mampu memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi.
Teknologi Informasi secara emperis telah mampu memberikan kontribusi yang besar bagi belangsungnya proses pendidikan. Walaupun belum ada penelitian yang emperis di Indonesia tentang kontribusi teknologi Informasi bagi dunia pendidikan, tapi setidaknya hal tersebut di beberap negara dapat di ambil sebagai contoh begitu besarnya kontribusi Teknologi Informasi bagi dunia pendidikan. SD River Oaks di Ontario Kanada, SMU Lester B. Pearson Kanada dan SMP Christopher Columbus di Ney Jersey, merupakan beberapa contoh yang spektakuler, dengan menggunakan Teknologi Informasi sekolah-sekolah tersebut telah terbukti mampu meningkatkan nilai rata-rata siswa mereka dan bahkan sekolah-sekolah tersebut merupakan sekolah terbaik di kota masing-masing.[2]
Di Indonesia memang belum ada sekolah tingkat menengah apalagi di tingkat dasar yang menjadi barometer penggunaan Teknologi Informasi dalam pendidikan. Di Perguruan Tinggi, beberapa PT dapat dijadikan barometer bagi kita dalam penerapan Teknologi Informasi, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi ikon perkembangan dan pemanfaatan Teknologi Informasi pada Perguruan Tinggi di Indonesia, pada Perguruan Tinggi swasta tercatat Universitas Bina Nusantara yang memiliki jaringan internet yang sangat memadai dengan aplikasi lengkap sehingga Bina Nusantara mendapat sertifikasi atau pengakuan Internasional dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dalam bidang pendidikan. Sangat disayangkan tidak satupun Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia yang dapat dijadikan barometer atau acuan penggunaan Teknologi Informasi, padahal, jika dilihat dari kuantitas SDM tidak dapat dipungkiri jumlahnya. Memang ironis sekali, disemua lini PTAI jauh tertinggal dari Perguruan-perguruan Tinggi lainnya apalagi di bidang Teknologi Informasi.
Usaha-usaha dari anak bangsa terus dilakukan untuk memperkecil kesenjangan digital (digital divide) yang sangat dirasakan tidak saja dalam kaitan paradoks kota besar dan kecil, kota dan desa, melainkan juga dalam suatu kota, terutama sejak penggunaan Internet secara luas dan meningkatnya arus informasi yang sangat dominan, yang didukung platform Teknologi dan Sistem Informasi.
Untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan Teknologi Informasi. Pemerintah, dengan dimotori oleh Telkom telah meluncurkan beberapa program yang mendukung penggunaan Teknologi Informasi dalam bidang pendidikan seperti, Internet Goes to School (IG2S), Smart Campus, dan Generasi Baru Guru. Ketiga program tersebut member peluang bagi dunia pendidikan untuk memanfaatkan Teknologi Informasi bagi proses pembelajaran.
Teknologi informasi yang interaktif ini telah memberikan katalis bagi perubahan mendasar terhadap peran guru dan dosen. Guru dan dosen tidak lagi menjadi sumber informasi, dengan adanya TI guru dan dosen menjadi pemicu atau moderator bagi pebelajar untuk mengembangkan kreativitasnya dan mencari pengetahuan seluas-luasnya.
Dalam dunia pendidikan istilah e-education mungkin tidak asing lagi bagi kita, pendidikan berbasis internet tersebut telah membuka semua sumber belajar yang selama ini terkesan terbatas di perpustakaan. Dengan fasilitas Digital Library seseorang dapat mengakses semua perpustakaan yang terhubung di jaringan internet dan sudah banyak bukti, tentang pertolongan internet dalam penelitian, tugas akhir, pertukaran infiormasi, tanya jawab dengan para pakar dan sebagainya.
Pada tingakat Perguruan Tinggi, pemanfaatan teknologi informasi diwujudkan dalam satu system yang disebut dengan e-university. Pengembangan e-university bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi tersebut melalui sarana internet. Adapun layanan utama dari aplikasi e-university adalah penyedian materi kuliah secara online yang berbasis web (Web Base Learning) dan dapat diakses oleh seluruh elemen kampus.
Pada tingkat sekolah menengah atas penggunaan teknologi informasi sudah mulai digalakkan, walaupun belum seperti di perguruan tinggi, akan tetapi kondisi saat ini menunjukkan perkembangan yang cerah bagi dunia pendidikan pada tingkat menengah atas, hal ini terlihat telah bermunculannya situs-situs pendidikan yang dikelola oleh generasi-generasi muda Indonesia (anak-anak SMU), seperti http://www.pendidikan.net/, http://www.sumpahpalapa.net/, http://www.smu-net.com/.
Di tingkat PTAI memang belum ada perguruan tinggi yang dapat dijadikan ikon penggunaan teknologi informasi, akan tetapi langkah-langkah tersebut kedepan sudah mulai dilakukan terutama dibidang regulasi. Seperti, pada tanggal 22 Mei 2006, TELKOM telah menandatangani Naskah Nota Kesepahaman (MoU) dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), dan Departemen Agama (Depag), yang dilakukan di Yogyakarta. Kerjasama tersebut ditujukan untuk mendukung program bersama dalam Distribusi Bahan Ajar Online (e-Learning). Hal ini tentulah suatu momentum yang baik bagi PTAI untuk memulai membangun system teknologi informasi di lembaga masing-masing jika tidak ingin dikatakan ketertinggalan informasi dimasa mendatang.

D. Konsep E-Learning dan Web Base Learning
1. Defenisi E-learning
E-learning adalah pembelajaran berbasis teknologi elektronik sebagai suatu revolusi teknologi pembelajaran. Rosenberg (2001) mendefenisikan e-learning sebagai “E-learning refers to use of internet technology to deliver abroad array of solutions that enhance knowledge and performance”[3]. Menurut Thompson, Ganxglass dan Simon (2000), “E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enable by electronic technology”. Thompson juga menyebutkan kelebihan e-learning yang dapat memberikan flesibelitas, interaktifitas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi[4].
Secara utuh e-learning dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (mahasiswa) dengan sumber belajar (dosen/pakar, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi atau berinteraksi secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung. (asynchronous) yang menggunakan jasa teknologi seperti telepon, audio, transmisi satelit dan komputer.
Dalam implementasinya e-learning lebih dikaitkan dengan dukungan teknologi computer, karena memang computer memiliki semua kelebihan (advantages) atau setidaknya dapat meng-cover semua fasilitas yang dimiliki oleh teknologi lain.
2. Karakteristik E-learning

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan beberapa karakteristik e-learning, diantaranya adalah :
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik
b. Memanfaatkan keunggulan computer
c. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (Self learning material) yang disimpan dalam server sehingga dapat diakses oleh semua elemen yang terlibat dalam pembelajaran
d. Dapat memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat di computer
Dalam prakteknya e-learning sangatlah fleksibel, sehingga karakteristik di atas bisa saja berubah sesuai dengan kondisi, content, dan sistem secara keseluruhan yang digunakan dalam pembelajaran.

3. Defenisi Web Base Learning

Pada prinsipnya Web base learning juga merupakan e-learning, hanya saja lebih dispesifikasikan pada pembelajaran dengan menggunakan internet terutama fasilitas internet yang berupa website, web mail, mailing list dan bulletin board yang kesemuan fasilitas tersebut masih berbasis website. Website sendiri adalah sejumlah halaman (pages), dapat berupa isi (content) yang sesuai dengan jenis website tersebut. Isi website dapat disampaikan dengan berbagai bentuk seperti text, audio, video, bahkan teknologi streaming.
Dengan digunakannya web base learning dalam pembelajaran, beberapa aktivitas yang dapat dilakukan antara lain adalah :
a. Mencari informasi (buku-buku, bibligrafi, ensiklopedi, program, dan lain-lain)
b. Distribusi materi edukasi (teks, program)
c. Menyediakan kurikulum dan panduan belajar, serta latihan dalam format yang diinginkan, seperti hypertext, audio, video)
d. Membentuk aktivitas-aktivitas kaloborasi (Diskusi kelompok melalui e-mail dan mailing list)
e. Tanya jawab
f. Tutorial, simulasi

4. Teknologi Pendukung

Dalam prakteknya web base learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam pekembangannya computer merupakan teknologi yang mendominasi bahkan satu-satunya teknologi yang digunakan dalam web base learning.

Menurut Asep Herman Suyanto (2007)[5] pada prinsipnya teknologi e-learning dapat dibagi atas dua yaitu; Technology based learning dan Technology base web learning. Technology based learning menggunakan teknologi Audio Information Technology seperti radio, audio tape dan telpn sedangkan Technology base web learning inilah yang menggunakan teknologi computer khususnya internet dengan segala fasilitasnya serta lebih di kenal dengan web base learning.

5. Manfaat Web Base Learning

Secara umum penerapan web base learning dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Peningkatan produktifitas, melalui web base learning waktu untuk perjalanan dapat direduksi sehingga mahasiswa, dosen/pakar tidak akan hilang karena kegiatan perjalanan yang harus dilakukan untuk memberikan pembelajaran.
b. Fleksibelitas dan interaktif, dapat dilakukan dari lokasi mana saja selama ia memiliki koneksi sumber pengetahuan tersebut dan interaktivitas dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung
c. Kelas tidak mengutamakan bentuk fisik lagi, semuanya dapat digunakan dalam aplikasi internet.
d. Program web base learning dapat dilaksanakan dan di update secara cepat.
e. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time seperti chatting, Net Meeting maupun non real time seperti ­e-mail, mailing list.
f. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi, penyamaan materi (matrikulasi), diskusi dan evaluasi.
g. Dosen/pakar dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi kasus, trend industri, dan proyeksi teknologi kedepan melalui berbabagi sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajarnya.

Disamping manfaat secara umum, pemanfaatan web base learning dapat memberdayakan pebelajar dan mendorong bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, seperti yang dikemukakan oleh Kent W. White (2000):[6]
a. Mahasiswa on-line dapat belajar secara interaktif dan saling keterkaitan antar sesama mereka.
b. Mahasiswa yang sibuk atau bekerja yang mungkin tidak dapat mengikuti pelajaran secara teratur dapat tepat waktu melalui proses pembelajaran tatap muka, maka dapat melalui media web base learning.
c. Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan dan bantuan dari para dosen/pakar, tutor, nara sumber, teman sejawat yang berjauhan.
d. Materi pembelajaran atau model akan lebih konsisten, sistematis dan terorganisir sehingga mempermudah mahasiwa mengikuti modul-modul pelajaran.
e. Penelusuran dan evaluasi serta administrasi kemajuan mahasiwa lebih teratur dan mudah diperoleh.


6. Kelemahan Web Base Learning
Adapun kelemahan penggunaan web base learning adalah sebagai berikut :
a. Buruknya atau kurang terencananya perancangan aplikasi Web/Homepage learning sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan. Seperti, tidak user friendly
b. Para pengguna (user) atau mahasiwsa tidak mengetahui dan mengenal secara baik system yang digunakan akibat kurangnya sosialisasi.
c. Lemahnya pengetahuan user (pebelajar/mahasiswa/dosen/pakar) tentang teknologi internet.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut yang kemungkinan timbul dalam penerapan teknologi web base learning, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman yang utuh tentang peranan teknologi internet pada pengguna (pebelajar/mahasiswa/dosen/pakar).
b. Sosialisasi yang memadai tehadap penerapan teknologi web base learning kepada pengguna.

E. Peluang Pemanfaatan Web Base Learning

Beberapa faktor yang menjadi peluang dalam pemanfaatan teknologi web base learning dalam pendidikan antara lain;
1. Perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi, sehingga informasi menjadi begitu “mobile” mudah didapat dan mudah diberikan.
2. Telah meluasnya jangkauan jaringan telekomunikasi terutama untuk akses internet.
3. Harga peralatan (devices) teknologi pendukung yang semakin murah, walaupun saat ini di Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negera-negara lain.
4. Regulasi yang mulai jelas tentang penggunaan teknologi informasi. Seperti Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2005 tentang penggunaan Pita Frekuensi 2400Mhz -2483,5 Mhz yang yang intinya adalah untuk menjalankan peralatan internet pada frekuensi 2,4Ghz tidak perlu pengurusan izin dari Pemerintah lagi. Dimana regulasi ini memberi peluang untuk 3 (tiga) segmen yaitu pendidikan, UKM dan rumah sakit untuk menggunakan internet secara gratis dengan dukungan peralatan teknologi informasi atau yang dikenal dengan istilah teknologi air haoul.
5. Semakin mudahnya sambungan internet, baik dengan menggunakan jasa Intenet Serve Provider (ISP) maupun layanan dari Telkom seperti telkomnet instan. Sehingga membuat semua PTAI telah memiliki akses internet dan website akademik.
Beberapa factor di atas, didukung dengan semakin “meleknya” mahasiswa dan dosen dengan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi (internet).

F. Hambatan Pemanfaatan Web Base Learning

Beberapa kendala yang mesti menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan teknologi web base learning adalah :

1. Faktor waktu pengembangan
Rancangan dan pengembangan web base learning memerlukan waktu yang relatif lama. Hal ini terkait dengan rancangan website pembelajaran, rancangan modul atau bahan ajar, bahan latihan dan bahan ujian dari dosen matakuliah.

2. Faktor Biaya
Biaya implementasi terkait dengan biaya akses internet secara bulanan, biaya produksi awal yang relative besar seperti pengadaan peralatan (Komputer, jaringan telp/ADSL, peralatan jaringan lokal, dll). Faktor biaya akan menjadi ringan jika sarana dan prasaran pendukung telah tersedia, sehingga focus factor biaya hanya terletak pada biaya akses internet dan biaya perancangan website.

3. Faktor Manusia
Kualitas SDM merupakan masalah klasik yang selalu “menghantui” di PTAI, terutama dibidang Teknologi Informasi. Bahkan sampai saat ini ada anggapan dari beberapa dosen di PTAI bahwa internet adalah “pusat dosa dan nista”. Sebuah ungkapan yang sangat naïf sekali untuk menutupi kekurangan diri. Masih kurangnya minat dan perhatian unsur akademik seperti dosen, pimpinan dan mahasiswa pada PTAI menambah panjang factor tantangan dalam penerapan web base learning di PTAI.

Beberapa solusi alternatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah penerapan web base learning ini, diantaranya :
1. Untuk tahap awal hanya dirancang khusus web base learning yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya hanya beberapa matakuliah yang dianggap telah siap untuk dimuat dalam website leraning. Kemudian baru dikembangkan, sehingga faktor waktu dapat diatasi.
2. Alokasi dana khusus merupakan langkah yang paling tepat untuk mengatasi masalah pendanaan. Kondisi ini atau masalah kekurangan biaya tidak menjadikan pengimplementasian web base learning tertunda, karena kebanyakan PTAI saat ini telah memiliki website akademik mandiri dan begitu juga dengan jaringan akses internet, sehingga dengan kondisi yang setidaknya PTAI sudah mampu membuat sebuah prototype pembelajaran berbasis web.
3. Pengaruh mobilitas informasi menjadikan tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan dosen untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi. Kondisi ini menjadikan mahasiswa dan dosen untuk berusaha memicu diri untuk memanfaatkan fasilitas teknologi dalam mengimbangi mobilitas informasi tersebut. Disamping hal tersebut, pelatihan, sosialisai yang intensif dan terjadwal merupakan langkah yang tepat untuk mengtasi permasalah kualitas sumber daya manusia.


F. Tahapan Pengembangan Web Base Learning

Dalam pengembangan web base learning terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan, seperti, interaktifitas (tutorial), pewarnaan, content, layout, dan lain-lain. Tutorial merupakan bagian dari proses pembelajaran. Tutorial merupakan satu bentuk interaksi antara pengajar (dosen/pakar) dengan mahasiswa. Interaksi dan komunikasi merupakan inti dari sebuah tutorial (Wardani, 2000)[7]. Interaksi yang dilakukan, untuk mengkomunikasikan materi pengajaran dan masalah-masalah belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Melalui tutorial diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengamati, berpikir, bersikap dan berbuat dalam menghadapi suatu konsep ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil proses pembelajaran.

Dalam konsep web base learning tutorial yang dikembangkan adalah tutorial melalui internet dengan merancang web berisi pembelajaran bagi peserta pembelajaran (mahasiswa/dosen/pakar).
Untuk pengembangan web base learning ini, langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah :

1. Persiapan dan Pengembangan infrastruktur dan sistem. Pengembangan infrastruktur dan system dilakukan secara bertahap. Seperti menyediakan terminal (komputer) yang terhubung ke internet minimal pada setiap jurusan yang akan dimanfaatkan oleh dosen/pakar. Dan akan lebih baik jika disediakan pada setiap ruang yang terkait, seperti di Perpustakaan, Administrasi, semua ruang ketua jurusan/kosentrasi, dan ruang dosen.

2. Perncancangan Web base learning dan Pemilihan Program Aplikasi. Untuk tahap awal, dapat memanfaatkan aplikasi e-mail, mailinglist sebagai media interaksi. Setelah website yang berisi materi pembelajaran dirancang, kemudian dapat di-upload pada server yang telah ada.

3. Pengembangan kemampuan tenaga dosen atau staf akademik. Pada tahap ini diadakan sosialisai pengenalan konsep serta system web base learning terlebih dahulu, dan diadakan pelatihan yang bersifat teknis secara intensif

4. Pemilihan Mata Kuliah. Pada tahap ini perlu pertimbangan yang matang, mata kuliah apa saja yang dapat dianggap memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam konsep web base learning. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan mata kuliah, diantaranya :
a. Mata kuliah yang diangap sulit oleh mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan tingkat kelulusan mahasiswa.
b. Mata kuliah yang menuntut keterampilan baru, berupa keterampilan mahasiswa untuk mengungkapkan pemikiran kedalam bentuk tertulis atau uraian.

5. Sosialisai Program Web Base Learning. Sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi dengan cara yang memungkin kepada seluruh mahasiswa. Pada tahap ini juga diberikan informasi tentang dimana saja mahasiswa dapat mengakses program web base learning, seperti pada Puskomnet, warnet, cooperate, dll.

Beberapa hal teknis yang perlu juga diperhatikan adalah :
1. Kemampuan mahasiswa dan dosen dalam memanfaatkan fasilitas web base learning ini.
2. Semua mahasiswa dan dosen akan memiliki e-mail. Dalam pembuatan e-mail disarankan dibuat secara kolektif (akan lebih baik jika dibuat oleh bagian administrasi) dan dibagikan kepada semua mahasiswa sehingga mahasiswa mengetahui e-mail mahasiswa lainnya dan juga e-mail para dosen/pakar.

Pada tahap awal penerapan web base learning, berbagai kendala akan muncul. Adapun kendala yang mungkin akan timbul adalah :
1. Ketidaksiapan staf administrasi untuk mendata mahasiswa.
2. Ketidaksiapan dosen merespon aktifitas mahasiswa.
3. Ketidaksiapan dosen meng-update materi perkuliahan
Namun, dengan demikian kendala-kendala tersebut kedepan dapat diperbaiki dan dikembangan guna kelancaran penerapan web base learning. Dan tidak menjadikan kendala sebagai alasan untuk menghindari penggunaan teknologi ini.



G. Kesimpulan dan Saran

Web base learning merupakan pembelajaran yang memerlukan alat bantu teknologi terutama teknologi informasi seperti komputer dan akses internet. Dalam prakteknya web base learning memanfaatkan fasilitas internet sebagai media penyampai informasi (materi) pembelajaran seperti website, e-mail, mailing list, dan news group. Penggunaan teknologi web base learning secara terencana telah terbukti memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan, terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh teknologi web base learning. Pemerintah dengan departemen terkait seprti Diknas dan Depag serta Telkom telah mengeluarkan regulasi yang luas dalam pemenfaatan internet bagi dunia pendidikan, peluang ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi usaha peningkatan kualitas pendidkan di Tanah Air. Dalam pengimplementasian web base learning terdapat beberapa factor yang perlu dipertimbangan seperti; Sarana dan infrastrukur pendukung, pengguna (mahasiswa dan dosen), kesiapan materi online dan biaya.

Dalam merealisasikan rencana pemanfaatan web base learning, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Awarness (kesadaran) dari unsur Perguruan Tinggi, terutama PTAI bahwa kita sangat tertinggal di semua lini dari perguruan-perguruan tinggi lain terutama di bidang teknologi informasi
2. Komitmen atau political will dari unsur Perguruan Tinggi, baik pimpinan, staf dosen maupun staf akademik untuk memanfaatkan peluang yang diberikan pemerintah dalam penggunaan teknologi informasi bagi dunia pendidikan.
3. Perlunya sarana dan prasarana yang memadai bagi mahasiswa dan dosen dalam rangka “melek” teknologi. Seperti akses internet yang cepat, memfasilitasi kepemilikan device (perangkat) teknologi informasi seperti komputer dan laptop.
4. Perlunya sosialisasi dan pelatihan yang intensif bagi mahasiswa dan dosen tentang pentingnya teknologi internet dalam aktivitas pembelajaran mereka.
5. Perlunya alokasi dana yang khusus untuk pemanfaatan teknologi informasi
6. Perlunya staf khusus yang menangani system.
Faktor-faktor di atas tentunya dapat digeneralisasikan untuk semua PTAI disamping faktor-faktor internal dan kondisional PTAI bersangkutan.


ENDNOTE
[*] Suprataman Zakir adalah Staf Puskomnet dan Calon Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Bukittinggi
[1] Geger Riyanto, Teknologi Informasi, Inovasi Bagi Dunia Pendidikan, Artikel Populer Ilmu Komputer, http://www.ilmukomputer.com/., dikses tanggal 7 Mei 2007
[2] Telkom, Membangun masyarakat Cerdas Bersama Telkom, www.telkom.net/ig2s.php, diakses tanggal 3 Mei 2007
[3] Rosenberg dalam IGAK Wardani, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, hal, 41-45, 2003
[4] Alan Chute, Melody Thompson and Burton Hancock, The Mc Grow-Hill Handbook of Distance Learning, 2001
[5] Asep Herman Suyanto, Pengenalan e-learning, http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id/artikel/learning/pengenalan%20E-learning.pdf, diakses tanggal 3 Mei 2007
[6] White Ken W., et al, The Online Teaching Giude, Allyn and Bacon, Boston, 2000
[7] Wardhani, IGAK, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 41-45.