NON AKREDITASI
(Solusi strategis dari Pandangan Pendekatan Sistem)
Oleh : Supratman Zakir
I. PENDAHULUAN
Kebanyakan di negara berkembang, Perguruan Tinggi belum sepenuhnya dikatakan sebagai “Instrumen Pembangunan” dalam arti yang sebenarnya, tetapi masih banyak menjadi “Simbol Pembangunan” itu sendiri. Stigma kian memasyarakat dan semakin kuat karena Perguruan Tinggi masih terlalu dikontrol oleh negara maju, Pemerintah atau pihak Yayasan (Perguruan Tinggi Swasta) sehingga ia sulit menjadi jati dirinya sendiri yang dikarenakan intervensi yang berlebihan dari pihak-pihak yang merasa berhak untuk ikut campur tangan.
Dari penjelasan di atas maka dapat diidentifikasi berapa permasalahan yang mengakibatkan beberapa atau bahkan banyak perguruan tinggi di Indonesia yang belum atau tidak terakreditasi atau hanya mendapat nilai “D” dengan artian perguruan tinggi tersebut dinilai tidak boleh beroperasi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN).
II. KAJIAN TEORITIS
b. Konsep Dasar Akreditasi
BAN-PT berdiri pada tahun 1994, berlandaskan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. BAN-PT memiliki wewenang untuk melaksanakan sistem akreditasi pada pendidikan tinggi, baik untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Agama (PTA) dan Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) serta kerjasama dengan insitiusi pendidikan tinggi di dalam negeri, yang ditawarkan oleh institusi pendidikan tinggi dari luar negeri. http://www.ban-pt.or.id/.
c. Pengertian Sistem
Sedangkan menurut Mudyaharjo (1993, dalam Hamalik, 2002) sistem didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
a. Rekrutmen melalui seleksi yang ketat
b. Pengembangan dosen melalui :
1. Tugas belajar (S2 atau S3)
2. Seminar / Lokakarya
3. Penelitian
c. Melengkapi Fasilitas
1. Ruang Kuliah
2. Perpustakaan
3. Laboratorium Teknologi Informasi
4. Laboratorium Penunjang
5. Perkantoran
6. Aula
d. Melalui Open Management yang objektif terhadap pihak yayasan dan transparan
Setelah alternatif diseleksi, ini semua akan tidak berarti bila tidak diimpelemtasikan dengan tindakan nyata.
7. Evaluasi
Setelah tahap impelemtasi maka untuk mengetahui keefektifan dan keefesienan harus dilakukan evaluasi terhadap proses problem solving
Kemungkinan untuk memodifikasi alternatif yang telah dipilih bila dibutuhkan
b. Analisa Keuntungan dan Kelemahan
KEUNTUNGAN
KELEMAHAN
1. Sistem Rekruitmen :
a. Terpilihnya dosen yang kualified, profesional dan pengembangan kedepan
b. Tersaringnya input yang berkualitas
2. Pengembangan Dosen
a. Tugas Belajar
Meningkatkan kualitas dosen
Mampu berkompetitif dengan PTN dan PTS lainya
b. Seminar / Lokakarya
Peningkatan Wawasan
Pertukaran Informasi
Kredit Point
Promosi
c. Penelitian
Penemuan baru
Informasi yang up to date
Pengembangan PT
Pengembangan Needs Assessment
-
II. Melengkapi Fasilitas
a. Kelancaran proses perkuliahan
b. Kemudahan mendapatkan referensi dan literatur
c. Pengujian, keterampilan, praktek
d. Promosi
e. Pelayanan Administrasi yang prima
f. Memperlancar kegiatan akademik
III. Sistem Yayasan
(Open Management)
a. Cepat maju
b. Dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan material
c. Mudah melakukan pembinaan
d. Memfungsikan unsur akademisi
Membutuhkan Biaya / Waktu yang banyak
Proses Rumit
Tidak banyak tenaga yang tersedia sesuai dengan kualifikasi
Dana Besar
Waktu Panjang
Dana besar
Birokrasi agak rumit
-
Dana
Biaya
Lokasi
Tenaga Kerja
Dana
Waktu
Tenaga Profesional
Penyimpitan intervensi keluarga
Hilangnya unsur KKN
Tidak bisa menguasai segi akademik maupun segi finansial
Berkurangnya hak feto
Keputusan harus mengikut sertakan akademisi
c. Alternatif Pilihan dan Alasan Pemilihan
Open Management dari pihak yayasan sangat diperlukan, karena dengan Open Management akan mengurangi keragu-raguan, menepis ketidak percayaan masayarakat kepada pengelolaan administrasi pada Perguruan Tinggi tersebut, terutama hal-hal yang menyangkut manajemen dan pertanggung jawaban keuangan. Setelah itu pelaksanaan Open Management dapat memenuhi tuntutan perkembangan IPTEK dalam era Teknologi Informasi.
Beberapa model pendekatan dapat digunakan dalam pemecahan masalah seperti “System Approach” dari Aristotle, Total Quality Management dari Deming.
Perguruan tinggi yang belum terakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) supaya dapat merespons dengan serius beberapa system yang terkait dengan mutu, seperti system rekruitmen, fasilitas, kualitas tenaga pengajar/dosen serta manajen pengelolaan.
Ansyar, M, (2001), Kurikulum Menyonsong Otonomi Pendidikan di Era Globalisasi : Peluang, tantangan, dan Arah”, Forum Pendidikan, No. 2 (26), Juni 2001.
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Konsep Akreditasi,
----------, Pengantar BAN-PT, http://www.ban-pt.or.id/id_konsep-akreditasi.htm, diakses tanggal 23 Mei 2007.
Dewi Padmo, (editor), Teknologi Pembelajaran - Upaya Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003
Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, Edisi I, 2004
IGAK Wardhani, Program Tutorial dalam Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 41-45.
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, Paramadina & PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001
Ismail Pulungan , Manajemen Mutu Terpadu, PAU-PPAI-UT, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002
Paulina Panen, Pendidkan sebagai Sistem, PAU-PPAI-UT, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001
Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, Edisi I, 2004